22 Oct. 2013
Langkah Kaki
By Nur Anisa
Dalam dinginnya malam aku tapakkan langkah kaki dari
sebuah pintu. Malam itu sangat hening, hujan sudah lelah menginjakkan kaki di
bumi, begitu pun denganku. Hujan berubah menjadi embun, dinginnya sama halnya
dengan perasaan saat itu. Entah mengapa suasana begitu melankolis, mungkin alam
tahu suasana hati penghuninya. Angin tidak lagi bersuara, aku juga. Mulut ini
tertutup sepenuhnya. Apa yang dikehendaki dunia terhadapku aku tidak tahu.
Seperti halnya aku, aku pun tidak tahu apa yang aku kehendaki terhadap dunia.
Aku berjalan penuh dengan sekelumit hal dalam kepala,
namun jelasnya entah apa yang aku pikirkan. Aku tetap berjalan, tidak dalam
kegoyahan- hanya saja tak tentu arah. Apalagi sambil mengingat hal yang cepat
atau lambat akan menjadi sebuah kenangan. Entah kemana pikiran ini harus
bermuara. Aku takut menghadapi kenangan yang tak termaafkan, dihantui kenangan
itu. Aku sedih. “Maaf!” kata ini hanya dapat kuungkapkan dalam hati karena aku
tahu sesungguhnya maaf saja tidak cukup. Bagaimana pun aku tidak tahu bagaimana
cara menebus dosa ini.
Dari pintu tadi aku memulainya, dan dari situ pula
semuanya berakhir. Masa depan penuh dengan tanda tanya. Aku mencari apa yang
ingin aku mau dari dalam pintu itu, kekukuhan hati tahun lalu tidak mengakarkan
benihnya hingga saat ini. Mungkin aku tidak tahu apa yang sebenarnya aku mau.
Dari sini aku pikir, betapa pengecut dan egoisnya ‘seorang aku’. Mungkin aku
tidak mau mengakui itu sehingga tidak menyadarinya. Dari sini aku belajar. Dari
setiap langkah kaki kegelisahan ini aku merefleksikan diri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar